Minggu, 25 Oktober 2009

sumpah 5000 mahasiswa

Monday, 19 October 2009
Demokrasi, demokrasi, demokrasi pasti mati…
Demokrasi, demokrasi, demokrasi pasti mati…
Khilafah, Khilafah, akan tegak kembali…
Khilafah, Khilafah janji Allah yang pasti…

Itulah salah satu yel-yel yang dinyanyikan lebih dari 5000 mahasiswa-mahasiswi Islam dari berbagai perguruan tinggi dari Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Ambon, Papua, Bali, Madura dan Jawa dalam Kongres Mahasiswa Islam Indonesia (KMII), Ahad (18/10) di depan Basket Hall, Senayan, Jakarta.

Dengan penuh semangat, dari pagi hingga matahari tepat di atas kepala, mereka berulang kali melompat-lompat menerikan yel tersebut di sela-sela orasi para cendikiawan Muslim diantaranya adalah Fahmi Amhar, Dwi Condro Triono dan Fahmi Luqman di samping orasi dari para perwakilan mahasiswa.
Meskipun tidak turut melompat-lompat, sekitar seribu mahasiswi yang berdiri di sebelah kanan yang terpisah secara tegas dengan barisan mahasiswa, tidak kalah semangatnya, sambil mengangkat tangan terkepal, seirama menerikan yel tersebut.
Itulah salah satu ciri yang membedakan mahasiswa Islam dengan mahasiswa sekuler. Sehingga bukan hanya di masjid, barisan laki-laki dan perempuan terpisah. Di lapangan terbuka pun hukum Islam terkait dengan interaksi pria-wanita tetap diamalkan. Sehingga campur baur yang biasa terjadi dikalangan mahasiswa sekuler, tidak akan ditemukan dalam kelompok mahasiswa yang menjunjung tinggi syariah Islam.
Tonggak Perubahan
Kongres yang diselenggarakan Badan Koordinasi Lembaga Dakwah Kampus (BKLDK) tersebut ialah sebagai koreksi atas pergerakan mahasiswa yang selama ini ada. Kongres menilai pergerakan mahasiswa yang ada selama ini lebih bersifat pragmatis dan demi kepentingan sesaat.
Fenomena itu bisa dilihat dari berbagai angkatan termasuk mahasiswa angkatan ’98 maupun ’66. Demi kepentingan perut semata mereka berebut kursi kekuasaan mengorbankan idealisme mereka sendiri ketika masih mahasiswa.
Bahkan lebih jauh dari itu, seperti yang dinyatakan Erwin Permana, Koordinator Badan Eksekutif Nasional BKLDK kepada Media Umat di sela-sela kongres, KMII ini merupakan koreksi total terhadap Sumpah Pemuda yang dilaksanakan pada 28 Oktober 1928 lalu.
KMII ini merupakan momentum dan tonggak perubahan sejarah mahasiswa atau pemuda kelak. “Kita bisa mengambil pelajaran dari Sumpah Pemuda 1928, sumpah tersebut dapat membawa arus perubahan dalam pergerakan pemuda untuk lepas dari penjajahan yang ada saat itu,” ujar mahasiswa pasca sarjana UI tersebut.
Sumpah Pemuda mengubah persepsi para pemuda sehingga sadar dan bangkit bersama-sama mengusir penjajah. Namun sayangnya, mereka hanya berhasil mengusir penjajahan militer. Sedangkan penjajahan di bidang lain seperti penjajahan dalam bentuk politik, ekonomi, pergaulan, dan pendidikan masih terus berlangsung hingga saat ini.
Itu bukan karena perjuangan mereka yang melanggar sumpah. Tetapi konteks sumpahnya itulah yang bermasalah sehingga mereka hanya berkutat pada perjuangan melawan penjajahan militer.
“Sehingga kalau kita lihat konteks Indonesia kekinian memang penjajahan secara fisik itu tidak ada, tetapi secara ekonomi, politik, budaya, kita dijajah. Mengapa penjajahan non fisik ini tetap ada? Karena memang intelektual kitalah yang dijajah,” ujarnya.
Oleh karenanya, Erwin menandaskan pemuda sekarang haruslah sadar dan bangkit secara intelektual. Terkait dengan itu, mahasiswa Islamlah yang sudah seharusnya menjadi garda terdepan dan menjadi motor penggerak untuk menyatukan dan membangun visi intelektual menuju Indonesia yang lebih baik.
Terbebas dari penghambaan terhadap manusia sehingga hanya perintah dan larangan dari Allah SWT saja yang layak diikuti karena memang hanya Allah SWT yang layak disembah seperti yang telah dicontohkan Rasulullah Muhammad SAW.
Jadi pergerakan mahasiswa Islam ke depan bukanlah perjuangan revolusioner radikal yang memiliki cita-cita pendek dan dangkal yang akan menggantikan sistem yang satu dengan sistem buatan manusia lainnya. Bukan pula perjuangan yang hanya menggantikan penguasa tiran dengan penguasa tiran lainnya.
Akan tetapi pergerakan mahasiswa Islam ideologis. Berjuang dengan misi pembebasan umat manusia. Membebaskan manusia dari penyembahan kepada manusia menuju penyembahan kepada Allah, Tuhannya manusia. Membebaskan manusia dari sistem buatan manusia menuju sistem buatan Allah SWT, Tuhan semesta raya.
Sumpah Mahasiswa
Semua duduk, hening, khusyu’ saat dibacakan ayat-ayat suci Alquran bahkan menangis ketika dibacakan do’a. Namun sorak sorai kembali membahana ketika mereka meneriakkan, “Allahu Akbar…! Allahu Akbar…! Allahu Akbar…!”
Mendekati puncak acara, yakni pembacaan Sumpah Mahasiswa, matahari semakin terik membakar, mendidihkan jiwa muda mereka yang semakin muak dengan sistem kufur yang selama ini diterapkan di Indonesia dan negeri-negeri Muslim lainnya.
Maka selain takbir dan yel Khilafah janji Allah yang pasti, dengan penuh semangat mereka pun meneriakan, “Demokrasi… hancurkan…! Kapitalisme… hancurkan…!”, “Sosialisme… hancurkan…! Komunisme… hancurkan…!”,
Mereka pun sangat rindu penerapan syariah Islam secara kaffah dalam naungan Khilafah menggantikan sistem buatan manusia yang selama terbukti secara telak sangat menyengsarakan manusia di dunia ini. Apalagi di akhirat nanti seperti yang telah Allah SWT tegaskan dalam Alquran.
Maka dengan tubuh yang bermandikan peluh dengan lantang mereka meneriakan, “Syariah… tegakkan…!, Khilafah…Tegakkan…!”. Allahu Akbar… kemudian teriakan “khilafah, khilafah, khilafah…!” bergemuruh.
Tibalah acara puncak, semua peserta mengankat tangan kanannya dan mengacungkan jari telunjuk seraya bersumpah dengan sepenuh jiwa. Membaca serentak lima butir sumpah.
Mereka akan terus berjuang tanpa lelah untuk tegaknya syariah Islam dalam naungan Negara Khilafah Islamiyah di Indonesia dan negeri Muslim lainnya secara intelektual dan tanpa kekerasan.
Mereka pun bersumpah dengan sepenuh jiwa bahwa perjuangan itu dilakukan bukan karena sebatas tuntutan sejarah. Namun lebih dari itu. Perjuangan yang mulia tersebut merupakan konsekuensi iman yang mendalam kepada Allah SWT. [] (media umat)
enzy: ya Allah saksikanlah para pemuda islam bersumpah untuk mengembalikan kemulyaan agamaMu dalam dekapan Khilafah. saksikanlah bahwa umat sudah semakin rindu akan tegakkanya Khilafah, karenanya ya... Robb berilah pertolongan atas tegaknya Khilafah ar-Rosyidah.

Senin, 05 Oktober 2009

Gempa Sumatra

Inilah Negeri Penuh Maksiyat Diazab Gempa, Tetapi Banyak yang Tidak Mau Sadar

Syabab.Com - Gempa kembali mengguncang, setelah beberapa waktu lalu, di bulan Ramadhan, menggoyang Jawa Barat, kini gempa melanda Sumatera Barat, Rabu, 01/10/09. Berbagai bencana yang melanda negeri ini mulai dari tsunami, kebakaran, banjir, hingga gempa sudah semestinya menjadikan pelajaran bagi umat manusia untuk segera bertobat dan kembali kepada pangkuan perintah Allah Swt., Rabb Penguasa Jagat Raya. Bisa jadi, gempa ini ujian bagi orang beriman atau azab bagi mereka yang kafir.
Azab Allah Swt. memang layak bagi sebuah negeri yang membangkang dan berpaling dari-Nya. Namun, tak sedikit diantara mereka yang tidak mau mengambil pelajaran. Para ahli dengan congkaknya hanya mengatakan, "ini hanya tragedi alam". Para selebritis dan artis tidak mau menghentikan kemaksiyatannya. Para politisi busuk tetap berpangku pada aturan kufur. Inilah negeri yang penuh dengan kemaksiyatan. Memang sangat ironis, di negeri yang berpenduduk Muslim terbesar di dunia ini, kemaksiyatan merajalela. Mulai dari perzinahan, pembunuhan, tindakan kriminal hingga pencampakkan aturan Al-Quran, serta penginjak-injakan perintah Tuhan.

Baru-baru ini saja, selepas Ramadhan kemarin, kemaksiyatan terjadi di mana-mana. Di Lamongan, atas nama merayakan lebaran, digelar konser dangdut full maksiyat di salah satu tempat wisata. Para wanita lacur berlenggak-lenggok mengumbar aurat, sementara para penonton campur baur laki-laki perempuan, hingga terjadilah tawuran antar penonton. Demikian pula di beberapa kota lainnya, konser penuh maksiyat digelar, baik yang terekspos oleh media atau pun yang tidak. Inilah negeri yang penuh maksiyat.

Hari Raya Idul Fitri yang semestinya menjadi titik awal kembali kepada fitrah untuk menggapai ketaqwaan selepas Ramadhan, tetapi tidak bagi sebagian umat manusia di negeri ini. Hari Raya telah berubah menjadi ajang maksiyat dengan menggelar pesta rusak di beberapa tempat. Di bulan suci Ramadhan sekalipun, kemaksiyatan telah difasilitasi oleh media yang disponsori para kapitalis yang diteruskan ke rumah-rumah. Acara-acara tak mendidik hanya untuk kepentingan para kapitalist tersebut masuk ke rumah-rumah. Para wanitanya mengumbar aurat. Ditambah juga fitnah terhadap Islam melalui isu terorisme yang digelorakan.

Dalam tatanan sosial, perzinahan merebak di negeri ini. Hal-hal yang mendekatkan kepada perzinahan terus digembar-gemborkan melalui media termasuk di dunia maya. Berbagai situs porno dan perzinahan baik melalui situs tersendiri maupun yang diselipkan ke dalam situs media nasional merebak. Bahkan dengan congkaknya para pelaku yang ingin generasi negeri ini hancur, semakin berani untuk menyebarkan hal-hal yang bertentangan syari'i tersebut. Penguasa yang semestinya menjaga akidah umatnya malah membiarkan perusakkan generasi melalui dunia maya tersebut. Tak ada satu pun tindakan tegas aparat untuk menutup atau memblokir situs-situs maksiyat yang bebas di negeri ini. Berbeda halnya ketika aparat menanggapi isu "terorisme" yang pesanan asing yang terus memfitnah Islam tersebut, pihak aparat sangat gesit. Tetapi mengapa mereka diam terhadap para penjahat yang nyata-nyata telah merusak generasi di negeri ini.

Dalam tatanan ekonomi, praktek-praktek ribawi mendominasi perekomian di negeri ini. Padahal riba telah nyata dilarang oleh Allah Swt. Demikian pula dalam tataran pendidikan, kurikulum pendidikan sekularisme, pemisahan agama dari kehidupan telah dipaksakan. Porsi pelajaran agama hanya dua jam, sementara materi-materi yang bukan berasal dari Islam diberikan. Hasilnya, muncullah generasi-generasi sekular.

Dalam tatanan politik, bermunculan para politis busuk yang tidak mau menerapkan aturan dari Pencipta-Nya. Para politisi tersebut tanpa rasa malu membuat undang-undang buatan manusia yang lemah dan terbatas itu. Bahkan tak sedikit diantara mereka, baik para politisi maupun aktivis LSM dan para komprador yang telah dibayar asing, meneruskan pesanan asing yang menyengsarakan rakyatnya. Mereka berpaling dari perintah Allah untuk menerapkan aturan syariat yang berasal dari-Nya. Demokrasi dan kebebasan telah menjadi kebanggan, sementara perintah Allah Swt. disingkirkan. Sekali lagi inilah negeri yang penuh dengan maksiyat.

Semua ini berpangkal dari pandangan sekularisme, pemisahan agama dari kehidupan yang telah dipaksakan di negeri ini. Akidah sekularisme telah menjadikan kaum Muslim memandang Islam sebatas ritual, sementara aspek kehidupan sosial kemasyarakatan dan negara harus terpisah dari agama. Akibatnya Islam yang berasalahl dari Sang Pencipta manusia, dicampakkan dan diinjak-injak. Bahkan, para komprador seolah tidak akan mati, terus menerus mencampakkan aturan Al-Quran dan memberikan solusi-solusi rusak pesanan asing. Padahal, semua manusia akan mati. Setelah mati, urusan manusia belum selesai. Ada masanya di akhirat kelak, setiap manusia akan dimintai pertanggungjawaban atas tindakannya di dunia apakah sesuai dengan perintah Allah Swt., atau malah sebaliknya. Tempat pulang manusia hanya dua, kalau tidak ke surga ya neraka.

Pantas bila negeri ini terus menerus dilanda bencana, ketika masyarakatnya sudah angkuh dan congkak terhadap perintah Tuhannya. Beberapa tahun lalu, tsunami yang melanda Aceh telah menewaskan ratusan ribu orang. Hanya sayang, sesudahnya malah kemaksiyatan semakin merajalela di negeri ini, terorganisir bahkan dilegalkan.
Sudah selayaknya kita mengambil pelajaran atas segala bencana yang menimpa negeri ini. Allah Swt. telah memberikan peringatan kepada umat manusia agar mereka menaati perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Sudah saatnya kaum Muslim melaksanakan syariat Islam secara kaffah atau menyeluruh baik dalam tananan individu ataupun sosial kemasyarakatan, termasuk negara. Syariat Islam tersebut hanya dapat diterapkan secara sempurna di bawah naungan Khilafah Rasyidah.

Beberapa kaum terdahulu telah diberikan azab oleh Allah Swt. berupa gempa karena mereka mengingkari nabi dan berlaku angkuh terhadap perintah Allah Swt. Semestinya ini dijadikan pelajaran bagi manusia. Apakah kita ingin termasuk kaum yang diazab-Nya?

“Maka mereka mendustakan Syu`aib, lalu mereka ditimpa gempa yang dahsyat, dan jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di tempat-tempat tinggal mereka.” (TQS. Al-Ankabut: 37)

“Kemudian mereka sembelih unta betina itu, dan mereka berlaku angkuh terhadap perintah Tuhan. Dan mereka berkata: "Hai Shaleh, datangkanlah apa yang kamu ancamkan itu kepada kami, jika (betul) kamu termasuk orang-orang yang diutus (Allah)". Karena itu mereka ditimpa gempa, maka jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di tempat tinggal mereka." (TQS. Al-Araf: 77-78)
Bagi mereka yang beriman, tentu saja gempa ini merupakan musibah untuk menguji keimanan. Semoga Allah Swt. memberikan kesabaran dan ketabahan kepada kaum mukminin yang terkena musibah gempa tersebut, amin ya robbal'alamin.
"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun". (TQS. Al-Baqarah: 155-156) [opini/m.hassan/syabab.com]